Home > Journally > Akhir Kisah Orang-orang Munafik

Akhir Kisah Orang-orang Munafik

Musim pemilu adalah ajangnya para calon pemimpin untuk mengumbar janji-janji manis mereka. Semua media mereka gunakan untuk menyuarakan “visi-misi” kepemimpinan mereka. Namun ketika mereka terpilih sebagai pemimpin, janji-janji itu seolah sirna. Entah mereka lupa atau bagaimana sehingga setelah terpilih, mereka menginkari janjinya. Korupsi, kolusi dan nepotisme dalam tubuh instansi pemerintah adalah bukti nyata bahwa janji-janji mereka itu hanyalah alat untuk meraup simpati masyarakat sebanyak-banyaknya.

Diantara mereka ada yang menggunakan agama sebagai alat kampanye mereka. Mengatasnamakan agama agar dipandang relijius oleh masyarakat. Namun pada akhirnya mereka tetap melakukan pengingkaran dan yang menjadi prioritas mereka bukanlah rakyat yang seharusnya, akan tapi diri dan kelompok mereka sendiri. Agama yang seyogyanya dijadikan landasan hidup dan pola pikir itu kini telah dinodai oleh orang-orang yang haus kekuasaan dan haus dunia.

Selain para elit politik, ada juga mereka yang sengaja memperdalam ilmu agama namun dengan dasar, cara dan tujuan yang berbeda. Mereka ingin menyesatakan manusia dari landasan agama yang benar dengan cara menyebarkan pemikiran-pemikiran agama mereka yang jauh melenceng dari ketentuan yang seharusnya (sesat).

Mereka berasal dari kalangan muda terpelajar. Bermodalkan intelektualitasnya yang tinggi mereka merancang perjalanan penyesatan dengan menelurkan tafsiran-tafsiran aneh yang berbau hasutan, kedengkian dan memperolok-olokan ajaran yang mereka dalami. Dengan sangat disadari, mereka melakukan semua itu dengan tujuan untuk merusak pola pikir dan moral bangsa ini.

Mereka masuk kedalam tubuh pemerintah dan organisasi-organisasi terkemuka. Mereka bergerak secara apik dan terorganisir hingga setiap rumah yang mereka diami menyuarakan pemikiran-pemikiran mereka. Dan akhirnya menjadi konsumsi masyarakat. Itulah tujuan mereka, untuk membunuh nilai-nilai luhur agama dari bangsa dan negara ini hingga masyarakat secara tidak sadar telah mengamini dan mengikuti langkah-langkah mereka.

Mereka akan menolak dan menghancurkan apapun yang mereka nilai sebagai pemurnian agama. Mereka akan selalu menghalang-halangi manusia dari jalan yang seharusnya. Hingga mereka berbelot ke arah kesesatan.

Dan diakui, strategi mereka ini lebih berbahaya daripada menyerang secara fisik. Kini mereka telah berhasil menguasasi beberapa media massa dan organisasi-organisasi besar di Indonesia. Ini lebih mengerikan dibandingkan penggusuran paksa satpol PP, atau pembantaian massal TNI di tanjung priuk puluhan tahun silam.

Lalu siapa mereka ini? Siapa mereka tega mengarahkan bangsa ini ke jurang kebebasan tak berbatas. Yang jika dibiarkan, maka bangsa ini akan hilang kepribadian dan memasuki era kehancuran moral yang luar biasa, seperti yang kita saksikan saat ini.

Itulah yang Alloh sebut sebagai orang-orang munafik. Orang-orang yang selalu melakukan fitnah dan kebohongan demi kepentingan mereka sendiri. Orang-orang yang menjual ayat-ayat Alloh dengan harga yang sangat murah, yaitu harta, tahta dan kuasa. Orang-orang yang dimanfaatkan oleh musuh-musuh Alloh untuk menghancurkan Islam dari dalam.

Orang-orang munafik ini biasanya bersekongkol dengan orang kafir yang memusuhi Islam. Cara-cara orang kafir untuk menghancurkan agama ini selain dengan memerangi fisiknya, seperti yang terjadi di timur tengah dan beberapa negara di eropa dan asia tenggara, mereka juga merekrut orang-orang Islam itu sendiri untuk memerangi kaum Muslimin dari dalam, melalui serangan-serangan pemikiran Islam yang keluar dari jalur yang seharusnya (Al Qur’an dan Sunnah).

Orang-orang munafik ini akan memutarbalikan fakta, menukar yang haq dengan bathil, mengkaburkan kebenaran dan memperjelas kebatilan. Mendukung program-program yang merusak moral, seperti dukungan untuk homoseksual, kebebasan berkeyakinan, dan membuang agama dari pemerintahan. Atau menolak RUU pornografi, menolak perda syariat, menolak dakwah Islam tentang tauhid, menghina aktifis-aktifis Islam yang memperjuangkan syariat dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang bermuka dua, sikapnya berpura-pura.

Mereka meninggalkan kaum Muslimin lalu mencari kekuatan dan kemuliaan dari orang-orang kafir dengan menjadikan mereka sebagai panutan dan pemimpin.

Seperti kita ketahui gejolak revolusi sedang terjadi di negara-negara Arab dan sebagian Afrika. Dipelopori oleh Tunisia yang berhasil meruntuhkan rezim diktator Ben Ali, yang telah berkuasa selama berpuluh-puluh tahun dan telah banyak mengorbankan nyawa kaum Muslimin. Hak-hak kaum muslimin yang dirampas dan dibatasi hanya untuk memantapkan posisinya di depan juragan mereka Amerika cs.

Diikuti Mesir, Irak, Libanon, Yaman, Libya, Algeria, Yordania, Maroko, Bahrain hingga Suriah. Rakyat mereka menuntut keinginan yang sama, yaitu pembubaran rezim diktator dan membangun pemerintahan baru. Pemimpin-pemimpin Arab yang bertuan kepada Amerika itu kini di ujung tanduk.

Para pemimpin Arab ini mengira mereka akan kekal menggenggam kekuasaan. Tuan mereka kini perlahan meninggalkan mereka, karena  rakyat mereka sudah mengetahui bahwa intervensi sang tuanlah yang menjadikan penguasa mereka lupa daratan, hingga harus mengorbankan jutaan rakyat sebagai tumbal kepentingan majikannya (Amerika).

Seperti kisah seorang pengkhianat dalam film-film. Para pengkhianat begitu dimanja oleh bosnya ketika sang majikan masih membutuhkannya. Tetapi ketika topeng pengkhianat itu mulai terkuak, maka bos akan membuangnya. Jadilah si penghianat diserang oleh dua pihak, pihak pertamanya adalah rakyat yang dia khianati sedang pihak kedua adalah majikan yang berlepas diri darinya. Leher mereka ditarik oleh dua tali dari dua arah yang berbeda.

Kini Israel dan Amerika membuang Mubarok, sang Firaun Mesir. Negara-negara Eropa dan Amerika yang dahulu menjadi majikannya telah membekukan asetnya. Khadafi kini ditekan oleh negara-negara Eropa, AS dan PBB yang dulu adalah majikannya. Ben Ali kini kini ditahan oleh pemerintahan baru Tunisia, dan majikannya sama sekali tidak berbuat apa-apa untuk menolongnya. Karzai kini tengah memelas kepada Amerika agar tidak pergi dari Afghanistan setelah Amerika menyadari kekuatan Mujahidin Thaliban sudah tak bisa dibendung lagi.

Sebuah perjalanan hidup yang mengerikan yang dialami oleh orang-orang munafik. Kekuasaan yang mereka selewengkan untuk kepentingan-kepentingan asing kini telah mereka rasakan sendiri akibatnya. Sedang Alloh mengancam orang-orang munafik ini akan ditempatkan di dasar neraka jahanam bersama dengan orang kafir dan tidak akan pernah muncul ke permukaan. Naudzubillahimindzalik.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (AN NISAA’  ayat 145)

Tidaklah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya nerakan jahannamlah baginya, kekal mereka di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar. (SURAT AT TAUBAH ayat 63)

Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela’nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. (SURAT AT TAUBAH ayat 68)

Pengertian Munafik

Munafik adalah sifat seseorang yang berpura-pura mengikuti, meyakini padahal tidak dalam hatinya. Al Qur’an menjelaskan dalam Surat Al Munafiqun ayat 1-3 :

“(1)Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.(2)Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.(3)Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.”

Ibn Juraij mengatakan, “Ucapan orang munafik selalu berbeda dengan perbuatannya. Apa yang ia sembunyikan selalu berbeda dengan  apa yang ia tampakkan. Bathinnya berbeda dengan dhohirnya dan kehadirannya berbeda dengan ketidakhadirannya. Karena itu, nifaq i’tikhadi menjadikan pelakunya kafir dan keluar dari keimanan. Kemunafikan tipe inilah yang ada pada orang-orang munafik di masa Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam.”

Wikipedia memberi pengertian yang sama. Munafik (kata benda, dari bahasa Arab: منافق, plural munāfiqūn) adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama namun sebenarnya tidak mengakuinya dalam hatinya. Namun kata plural sendiri didefinisikan berbeda di wikipedia.

Kata plural dalam pengertian munafik diatas perlu kita pahami lebih dalam. Kata inilah yang sekarang menjadi alasan kebebasan beragama dan berkeyakinan dan penghalusan makna dari munafik serta menjadi polemik tersendiri dalam lingkup kemajemukan bangsa Indonesia. Pluralisme inilah yang kemudian menjadi sinonim  Bhineka Tunggal Ika.

Plural atau pluralisme menurut wikipedia adalah suatu kerangka interaksi yang mana setiap kelompok menampilkan rasa hormat dan toleran satu sama lain, berinteraksi tanpa konflik atau asimilasi. Namun beberapa pihak memaknai pluralisme sebagai bentuk penghapusan nilai-nilai agama dari pemerintah atau tidak ada agama dalam pemerintahan dan sebaliknya, tidak ada pemerintahan dalam agama. Karena menurut mereka semua agama itu sama dan pemerintah sebagai lembaga yang mewadahi kemajemukan bangsa ini perlu menjauhkan prinsip negara dalam sebuah agama dan prinsip agama dalam sebuah negara. Mereka hanya mencomot aturan-aturan agama yang menurut mereka bermanfaat bagi kepentingan mereka.

Kita tidak boleh berhenti sampai disitu saja. Karena sampai saat ini banyak pihak yang masih berbenturan tentang makna dan implementasi pluralisme itu sendiri. Mari kita telusuri lebih jauh, dari mana dan siapa yang melahirkan pluralisme ini sehingga menjadi polemik di bangsa ini. Dan yang paling penting adalah apakah Islam mengajarkan pluralisme?

Sebuah thread di forum detik berjudul Asal Usul Pluralisme Agama menjelaskan tentang asal mula pluralisme. Dalam thread itu dijelaskan bahwa sebuah organisasi Yahudi berdiri pada tahun 1875 di New York, dengan nama Theosophical Society yang didirikan oleh tiga orang teosofi Yahudi Helena Blavatsky, Henry Steel Olcott, dan William Quan Judge. Organisasi ini bertujuan untuk mengikat persaudaraan universal tanpa melihat kelompok, bangsa dan agama, di bawah pimpinan Helena Blavatsky, Henry Steel Olcott, dan William Quan Judge.

Beberapa tahun kemudian organisasi ini mendirikan International Head Quarters di Adyar, Chennai, India.Di bawah lambang Theosophical Society tersebut tertulis ayat “ There is no religion higher than Truth (Tidak ada yang lebih tinggi dari agama selain kebenaran) “. Sedangkan tujuan utama perhimpunan Theosofi adalah :
1. Mengadakan inti persaudaraan antara sesama manusia tanpa memandang bangsa, kepercayaan, kelamin, kaum atau warna kulit

2. Memajukan pelajaran dengan mencari persamaan dalam agama-agama, filsafat dan ilmu pengetahuan.

3. Menyelidiki hukum-hukum alam yang belum dapat di terangkan dan kekuatan-kekuatan dalam manusia yang masih terpendam.

Oleh sebab itu, Theosophical Society adalah sebuah badan kebenaran yang merupakan dasar dari semua agama, yang tidak dapat dimiliki dan dimonopoli oleh agama atau kepercayaan manapun.Theosofi menawarkan sebuah filsafat yang membuat kehidupan menjadi dapat dimengerti, dan theosofi menunjukkan bahwa keadilan dan cinta-kasihlah yang membimbing evolusi kehidupan.

Sedangkan gagasan Pluralisme masuk ke dalam wacana pemikiran Islam melalui tulisan-tiulisan Rene Guenon ( 1886 – 1851 ) dan diikuti oleh muridnya Frithjof Schoun. Rene Guenon adalah seorang ahli dari perkumpulan Theosophical Society di Perancis yang didirikan oleh seorang FreeMason Gerrad Encausse (1865-1916). Encause mendirikan Free SchoolOf Heremtic Science, sekolah yang mengkaji masalah misticisme. Pengalaman Spiritual Rene Guenon dalam Theosophical Society dan FreeMasonry mendorongnya untuk mengambil kesimpulan bahwa agama memiliki kebenaran dan bersatu dalam level kebenaran.

Dari situlah pluralisme mulai menjalar ke seluruh dunia, termasuk negeri-negeri umat Islam. Pluralisme terlahir dari perut pemikiran theosofi Yahudi. Meskipun sang pencetus mati dalam status beragama Islam, tetapi pemikirannya tentang agama jelas salah menurut Islam. Karena Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi Alloh berdasarkan surat Ali Imron ayat 19,

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” [Ali Imran:19]

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali Imron:85]

Bagi orang beriman, dua ayat ini sangatlah jelas maknanya dan mereka sangat mengetahui bagaiaman mengimplentasikannya. Karena Islam bukanlah agama kekerasan, Islam bukanlah agama perang. Islam sangat memuliakan toleransi dan perbedaan. Semua telah diajarkan oleh Rosululloh ketika Islam membawahi Negara Madinah. Dimana Rosululloh melindungi orang-orang non-muslim. Hingga Rosululloh sepakat untuk membuat perjanjian dengan orang Yahudi yang diabadikan dengan piagam Madinah. Isi-isi dari perjanjian itu intinya adalah untuk saling menjaga keamanan dan ketentraman. Namun Yahudi mengingkarinya, maka peperangan pun tak bisa dielakkan, hingga saat ini. Keterangan-keterangan mengenai sifat orang Yahudi telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya.

Jadi, apapun istilahnya, jika itu telah melenceng dari ketauhidan, maka itu terbantahkan menurut Islam. Pluralisme atau apapun itu namanya, telah menelurkan sebuah pemahaman yang salah dalam Islam. Karena toleransi dalam Islam bukan membenarkan semua agama, bukan mengikuti Hari Besar agama lain, bukan pula memaksakan agama Islam kepada non-Muslim. Toleransi dalam Islam haruslah berpedoman kepada toleransi yang dicontohkan Rosululloh selama kepemimpinanya dalam sebuah negara yang berdasarkan Syariat Islam.

Akhir Kisah Orang-orang Munafik

Penjelasan yang cukup rumit ini berujung pada apa yang akan dialami oleh orang-orang munafik yang mendewa-dewakan pluralisme dibawah demokrasi Indonesia. Demokrasi Indonesia yang tersimpul dalam Kitab “suci” UUD 45 dan Pancasila berlambang Burung Garuda ini sudah sejak lama terinfeksi penyakit pluralisme. Bahkan sekarang ini mereka semakin berani mendeklarasikan diri sebagai negara pluralis atau partai plural.

Demokrasi Indonesia berkiblat pada demokrasi di negara tuannya, yaitu Amerika. Amerika adalah negara haus darah yang membiayai pembantaian Muslim oleh Israel di Palestina. Amerika juga terlibat peperangan lain yang terjadi di negeri-negeri umat Islam seperti, Afghanistan, Irak, Pakistan, Somalia, Filipina, Thailand, Indonesia dan lain-lain.

Mereka akan menghancurkan negara yang menolak teori demokrasi mereka. Teori demokrasi yang sarat kapitalisme. Demokrasi adalah alat mereka untuk menguasai dunia dan melancarkan bisnis mereka. Demokrasi ada dibalik pengangkutan kekayaan alam negeri kaum Muslimin di seluruh dunia. Mereka melobi penguasa negeri tersebut dengan iming-iming kelanggengan kekuasan dan bagi hasil. Itulah yang menjadikan negeri ini sengsara seumur hidup. Segala kebijakan pemerintah boneka ini selalu memuat kepentingan mereka.

Di Indonesia sendiri serangan mereka belum memasuki tahap penyerangan fisik. Namun seperti yang dijelaskan diawal tulisan bahwa orang-orang kafir merekrut kaum munafik di untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin dari dalam.

Pada tahap inilah umat Islam dihadapkan pada musuh dari kalangan Muslim sendiri. Kaum munafik ini menghasut masyarakat Indonesia untuk mengikuti pemikiran Islam mereka. Pemikiran Liberal mereka yang sangat berbahaya ini tidak lain adalah buah dari kaderisasi orang-orang kafir. Mereka mencari cara bagaimana agar kepentingan mereka langgeng dibumi pertiwi ini.

Hinaan dan cibiran mereka terhadap Islam tak pernah berhenti, dan merekapun tak pernah dikenai pasal pelecehan agama. Kenapa? Karena mereka dan penguasa sama-sama antek Yahudi Amerika. Pemerintah seolah meluaskan ruang gerak mereka. Buku-buku diterbitkan, mereka diberi kolom-kolom khusus di surat kabar, mereka menjadi narasumber pada acara dialog sepihak soal kerukunan umat beragama, tolerasni, kisruh Ahmadiyah dll.
Pemerintah mempersempit ruang gerak para penegak tauhid. Mencap mereka teroris, lalu menculik, memenjarakan dan membunuhnya. Kenapa? Karena mereka antek Yahudi.

Alasan yang lebih pas lagi adalah karena mereka berpedoman pada demokrasi “tuan” mereka, yang sebenarnya adalah topeng penjajahan.

Pengkhianatan orang-orang munafik ini kini mulai tercium, masyarakat mulai membuka mata tentang siapa sebenarnya mereka dan untuk siapa mereka bekerja. Tinggal menunggu waktu untuk mengakhiri perjalanan mereka, entah itu di tiang gantungan dibawah bendera Revolusi atau dalam ledakan bom paket yang akhir-akhir ini membuat mereka tak bisa tidur nyenyak. Terlepas semua itu konspirasi intelejen untuk mengalihkan isu terkuaknya kebusukan SBY, tapi jika orang-orang munafik ini meledak bersama paket bom itu, maka umat Islam akan sangat berukur sekali.

Indonesia telah menjadi penjilat pantat Yahudi Amerika sejak lama. Akankah Indonesia bernasib seperi negeri-negeri umat Islam di Timur Tengah? Tidak mustahil. Kekuatan dan keberanian Umat Islam Indonesia masih sangat kuat. Buktinya, beberapa kali penangkapan dan penghancuran karakter yang dilakukan oleh orang-orang munafik ini sama sekali tidak menyurutkan semangat Umat Islam untuk terus berjuang menegakan Syariat Islam di Indonesia.

Revolusi bukan hal yang tak pasti di Indonesia. Bila saja pemerintah tetap menjadi kepanjangan tangan Yahudi Amerika untuk memberangus aktifis Islam dibawah panji perang melawan terorisme, maka Umat Islam pun takan pernah berhenti berjuang dibawah panji MEMBERANTAS DEMOKRASI.

Jika hal ini terjadi, maka peperangan ini akan semakin jelas terlihat oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dan kemenangan tentunya ada di pihak kaum Muslimin. Langkah pertama yang akan dilakukan adalah memberantas orang-orang munafik sesuai hukuman yang telah ditentukan dalam Syariat, yaitu dibunuh.

Dan disaat kemenangan itu ditangan Umat Islam, maka orang-orang munafik ini akan kocar-kacir mencari perlindungan. Sedang tuan mereka telah lari mencuci tangan dan muka. Tinggalah orang beriman yang akan menghukum orang-orang munafik itu. Akan mempermalukan mereka sebagaimana mereka mempermalukan Umat Islam, akan memperolok-olok mereka sebagaimana mereka memperolok-olok Islam, dan takan ada lagi tempat yang aman untuk mereka bersembunyi.

Itulah akhir perjalanan orang-orang munafik. Mereka akan disiksa di dunia dan akhirat. Semoga mata kita semakin terbuka untuk melihat gerak-gerik mereka.

Allah SWT berfirman :

“….Tidaklah patut mereka (orang-orang munafik) mencari kekuatan dan kemuliaan di sisi orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya kekuatan dan kemuliaan itu semuanya ialah milik Allah, (diberikannya kepada sesiapa yang dikehendakiNya). ” QS. Annisa : 139

Wallohualam Bishowab
(Journally)

Categories: Journally
  1. August 19, 2011 at 2:54 pm

    Tulisan yang mencerahkan. terima kasih

  1. No trackbacks yet.

Leave a reply to iban robani Cancel reply