Home > Journally > Pesan Cinta Sang Bunda

Pesan Cinta Sang Bunda

Umi Iim, begitulah sapaan akrabnya. Seorang ibu dengan 7 orang putra, guru ngaji di suatu kampung di kaki Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya. Hingga kini beliau tinggal di rumah sederhana yang bergandeng dengan madrasah kecil, yang sejak pertama kali dibangun dan hingga kini menjadi teman setianya. Menjadi tempatnya merajut sebuah do’a kerinduan untuk suami yang telah meninggalkannya menghadap Rabb Sang Pencipta empat tahun silam, tempatnya menenun do’a kesuksesan bagi anak-anaknya yang beliau harapkan menjadi pejuang-pejuang islam, dan do’a untuk segenap kaum muslimin agar segera bangkit dari keterpurukannya. Do’a dan harapan yang senantiasa ia panjatkan ditengah usahanya merealisasikan do’a-do’a itu dengan terus berdakwah tanpa henti.

Tempat yang bagaikan taman hati bagi anak-anak kecil disana dan bagaikan tambatan asa bagi remaja serta para orang-tua yang menginginkan kebahagiaan dan keselamatan hidup diatas nilai Islam. Madrasah yang menjadi simbol persatuan dan persaudaraan. Dimana semua orang, baik yang kaya ataupun miskin, yang berpendidikan tinggi ataupun rendah, yang berkepentingan ataupun tidak sama sekali, tanpa terkait hal-hal tersebut mereka senantiasa datang silih berganti.

Madrasah kecil yang terbuka untuk semua kalangan. Madrasah yang menjadi mutiara rindu bagi yang telah lama tak berkunjung dan bersua padanya. Dan bahkan hari ini katanya, madrasah ini menjadi sorotan aparat negeri ini karena dakwah dan perjuangannya yang lantang, berani dalam kebenaran dan tak kenal kompromi. Buah dakwah dan perjuangan dahulu sang pendiri yang kini telah menghadap Rabbnya. Namun begitulah Allah Ta’ala membuat sekenario yang indah ini. Hingga saat ini Umi Iim dan madrasah kecilnya itu tetap tegar dan berdiri kokoh, bahkan saat ini ditengah kerusakan lingkungan sekitarnya telah muncul bibit-bibit remaja militan yang siap membela dan memperjuangkan syari’at islam, hasil dari kesabaran dan kesederhanaan yang selalu beliau tampakan dalam pembinaaan dan pendidikannya. Subhaanal Khollaaq.

Sahabat, sebuah nasihat yang diucapkan secara langsung atau yang tersirat dari sebuah sikap yang dilakukannya. Beliau adalah sosok ibu yang sabar, tawadhu dan qona’ah, selalu menerima keadaan yang ada. Beliau sosok ibu yang tak kenal kata lelah, sehari semalam beliau abdikan dirinya untuk Islam dan kaum muslimin. Sampai detik ini, di usianya yang menginjak 60 tahun, beliau masih tetap mengajar ngaji anak-anak kecil dan remaja serta gigih berdakwah di masyarakat. Hampir seminggu penuh beliau mengajar di madrasah tersebut dan berkeliling menerima undangan untuk mengisi pengajian. Bahkan tak jarang untuk sampai di tempat pengajian beliau rela berjalan kaki. Sebuah pemandangan perjuangan yang sangat jarang ditemui di zaman ini.

Kalaulah bukan karena cinta akan Islam, tentulah tekad dan keihklasannya dalam berjuang akan luntur. Dan seandainya bukan karena cinta akan hadirnya kaum muslimin yang bangkit dan maju, tentu perjuangannya akan terhenti. Wahai Allah, jagalah beliau dalam setiap langkah perjuangannya, berikan kebahagiaan atas segala kata dan ucap yang ia persembahkan untuk membela agamaMu. Pertahankan ia di dunia ini, hingga ia mampu pergi ke rumahMu yang suci, Makkah Al Mukarramah. Karena hingga detik ini, harapan dan keinginan untuk pergi ke Baitullah-lah yang selalu beliau pinta dalam setiap do’anya. Allahumma yassir wa laa tu’assir birohmatika yaaarhamar raahimiin.

Suatu hari ia berkata pada anaknya : Mudah-mudahan nanti kamu jadi da’i yang sukses seperti ustadz-ustadz sekarang yang bisa berdakwah kesana-kemari dengan mudah. Nanti Umi bisa ikut dakwah kemana-mana.” Subhaanallah, ungkapan perasaan dan harapan mulia yang membuat hati menangis mendengarnya. Mungkin ia mulai lelah, dengan usianya yang sudah tak muda lagi. Namun karena rasa cinta yang beliau tanam di dalam sanubarinya, maka kesabarannya telah menahan dan melupakan rasa lelah dan segala penghalang langkah dakwahnya. Insya Allah ia akan terus bersabar dengan cintanya pada perjuangan ini, hingga batas waktu yang ia rindukan.

Itulah pesan cinta darinya. Walau tidak secara lisan ia ungkapkan, namun telah jelaslah pesan-pesan perjuangan itu bagi siapa saja yang mengetahuinya. Perjuangan perlu pengorbanan yang hebat, perlu kekuatan dan keyakinan, perlu kesabaran yang tak mengenal batas dan perlu cinta yang akan menjadikan semua langkahnya terasa indah. Cinta yang menjadikannya tegar di jalan dakwah.

Walaupun ia seorang wanita, namun cukuplah ia menjadi contoh dan pesan bagi kita untuk terus bangkit berjuang, bersabar di atasnya hingga batas waktu yang Allah Ta’ala tentukan. Bersabarlah karena setelah kesulitan pasti ada kemudahan.

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.”(QS. Al Insyirah: 5-6)

Pesan yang hingga saat ini selalu menjadi obat keletihan dan kelemahan bagi kami. Pesan penuh cinta dari seorang ibu yang berjuang untuk kehidupannya, untuk anak-anaknya dan untuk kaum muslimin. Pesan yang seakan menjadi sekuntum rosela pelipur lara di hati kami, karena dengannya kami mampu berfikir dan terus melangkah demi sebuah tujuan mulia.

Jika detik ini ia sedang merasa bahagia, maka semoga coretan ini menjadi teman senyumnya disana, walau sekarang kami terpisah ruang. Jika detik ini ia sedang dalam lemah, semoga coretan ini menjadi do’a yang diaminkan para pembaca agar mampu mengangkat kesedihannya itu dan Allah Ta’ala menggantikannya dengan anugerah kesabaran dan kebahagiaan. Ulama bijak mengatakan:

“Tidak ada kenikmatan dan kebahagiaan kecuali setelah bersusah payah!”

Sahabat, semoga kisah ini menjadikan diri kita senantiasa tawadhu’, diri yang selalu menerima bentuk nasihat sekecil apapun dari siapapun, diri yang senantiasa berinstropeksi akan kualitas iman dan keyakinannya untuk terus berjuang dan meneruskan perjuangan para pendahulu jalan ini.

Semoga dengan kisah dan pesan cinta seorang ibu ini, bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk tetap sabar, tetap teguh serta rela berjuang dalam keadaan apapun. Jika hari ini hidupmu terasa sempit, yakinlah bahwa indahnya ukhuwah akan melapangkanmu. Jika hari ini langkahmu terasa berat, yakinlah bahwa gandengan tangan sahabat-sahabatmu akan meringankanmu. Dan jika hari ini perjuangan kita semakin penuh rintangan, yakinlah bahwa perjuanganmu akan Allah Ta’ala limpahkan sebaik-sebaik ganjaran dan ketahuilah bahwa pertolongan Allah itu dekat. Allah Ta’ala berfirman:

“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul danorang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al Baqoroh: 214)

Sahabat, tanamkan rasa cinta akan perjuangan ini, siramilah selalu dengan siraman ilmu dan iman. Lalu kuatkan ukhuwah, satukan langkah, pastikan bahwa kitalah diantara hamba-hamba Allah yang akan mengembalikan kemuliaan peradaban Islam abad ini. Insya Allah.

Dan untuk Umi Iim, ibu yang telah mengandung, membesarkan dan mendidikku hingga saat ini, hanya doa yang takkan henti kututurkan padaNya, semoga surga menjadi tempatmu melepas segala lelah dan pelipur penat serta beratnya dakwah ini, semoga kita dipersatukan dalam keabadian di dalamnya. Aamiin.

Arief Maulana Ibnu Fariid-

Editor : Journally

Categories: Journally
  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment